Mendengarkan Kontemplasi Ikkubaru

Berjarak enam tahun pasca melepas debut album Amusement Park (2014), kuartet pop asal Bandung, Ikkubaru, akhirnya resmi melepas album terbaru sekaligus kedua yang diberi judul Chords & Melodies.

Sophomore album dari Muhammad Iqbal (vokal, keyboard dan gitar), Rizki Firdausahlan (vokal dan gitar), Muhammad Fauzi Rahman (bas) dan Banon Gilang (drum) ini sempat dilepas secara mandiri melalui berbagai layanan musik digital mulai tanggal 14 Februari 2020. Sedangkan versi rekaman fisiknya dalam format CD diedarkan oleh jaringan distribusi demajors sejak tanggal 25 Agustus 2020.   

Mengikuti jejak album pertama mereka, album kedua Ikkubaru ini pun tidak hanya dirilis di Indonesia, melainkan dirilis juga di Jepang dalam versi spesial. Berbeda dengan digital, format fisik CD Chords & Melodies akan ada bonus penambahan jumlah lagu.

Merujuk pada jarak yang bisa dibilang tidak sebentar dari debut Amusement Park, karenanya dengan penuh kesadaran Ikkubaru menghadiahi pendengarnya dengan pengembangan arah musikal dan lirikal yang tergolong signifikan. Tenggang waktu tersebut mereka manfaatkan untuk menyerap banyak referensi. Singkatnya, citra yang kadung melekat sebagai unit city-pop coba dikesampingkan. Sebagai gantinya kini mereka bermain di muara-muara pop dreamy yang lebih sintetis. Sedang untuk urusan lirik, tema tentang cinta dirajut ulang dengan cerita yang lebih mengarah pada kegelisan-kegelisahan manusia.

“Belakangan ini begitu banyak jenis lagu yang kami dengar. Hal ini juga menghasilkan dorongan yang membuat kami ingin menciptakan sesuatu yang belum pernah kami buat sebelumnya. Termasuk menulis lagu dengan pendekatan lirik Bahasa Indonesia yang jauh lebih banyak dibanding rilisan-rilisan kami terdahulu,” beber Muhammad Iqbal selaku motor sekaligus penulis lagu dan produser album tentang alasannya mengapa Ikkubaru mengubah gaya bermusik.

Dan entah kenapa, lanjutnya, pada musik yang kini diarungi Ikkubaru sangat cocok untuk dibalut dengan tema tentang kegelisahan, dan atau tentang manusia lainnya. “Bisa dibilang kami terinspirasi untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulu dari tanah Britania. Usungan genre macam dream pop, shoegaze dan sebagainya sangat sering mereka leburkan dengan tema manusia, kegelisahannya dan lainnya, dan tidak ada salahnya kami bermain di pusaran itu,” ujar Muhammad Iqbal.

Pada intinya, dengan album ini kami mencoba lebih menyampaikan makna kekaryaan yang kontemplatif dan spiritual. Setali tiga uang dengan judulnya, Chords & Melodies, yang bila diartikan bagaikan jiwa dan raga. – M. Iqbal.

Karenanya bisa dibilang, Chords & Melodies adalah kumpulan karya dengan serapan banyak latar belakang musik; manifestasi bebunyian dreamy bergaya vibe, funk, sophisticated-pop hingga layer-layer synthesizer yang mengiris kadar new jack swing dengan pijakan-pijakan lantai dansa era ‘80-an. Kentalnya musik-musik tersebut lantas dileburkan dengan garis lurus atau benang merah dari kekhasan irama musik Ikkubaru itu sendiri. Dan tentu saja konsepsi tekstual yang lebih luas. Sebuah palet yang juga bisa menjawab kenapa nama album ini diberi nama Chords & Melodies.

Pada intinya, dengan album ini kami mencoba lebih menyampaikan makna kekaryaan yang kontemplatif dan spiritual. Setali tiga uang dengan judulnya, Chords & Melodies, yang bila diartikan bagaikan jiwa dan raga. Bagi kami, keduanya tidak bisa dipisahkan, karena kita adalah manusia,” tukas Muhammad Iqbal. Sama seperti empat single terdahulunya, album Chords & Melodies ini pun dirilis secara digital oleh netlabel asal California, Circulate Music. Sedangkan untuk divisi cover artworkpada Chords & Melodies ini dibuat oleh M.M Hadi (STRGZ), salah satu illustrator asal Bandung yang juga mengerjakan cover album pertama Ikkubaru.

Album ini bisa didapatkan melalui situs demajors.com, demajors App, maupun di seluruh jaringan (at)demajors.

About Demajors News

Editorial Board at Demajors News Room.

View all posts by Demajors News →