Satu Dekade Manimal

Sekitar tahun 2008-2010, kami memulai proses rekaman untuk album yang akhirnya menjadi Manimal. Proses ini hampir tidak terjadi…

Setelah Sajama Cut merilis Osaka Journal di tahun 2005, Marcel Thee, produser/anggota ke-6 Yosi Ignatius, dan drummer Andri Ruay, memulai proses pra-produksi untuk album berikutnya. Setelah setahun lebih mengunci diri di studio rumahan di lantai tiga rumah Andri di Bekasi, dan menggubah puluhan sketsa menjadi lagu utuh. Sajama Cut pun memulai proses rekaman untuk tujuh lagu baru yang kita anggap terbaik dari sesi tersebut.

Untuk proses itu, formasi Sajama Cut terbaru pun muncul: Marcel, Dion dan Banu, dengan Yosi sebagai multi-instrumentalis pada beberapa lagu. Namun pada akhirnya, ketidakpuasan Marcel terhadap materi tersebut menenggelamkannya menjadi sebuah lost album dengan materi-materi yang tidak dirilis.

“Folk adalah kebohongan jika dimainkan oleh kaum urban terdidik,” sebut Marcel Thee. “…Kita juga bukan koboi Americana putra Hank Williams, ataupun hippies demonstran.”

Marcel merasa bahwa ia berhasil menulis lagu-lagu yang lebih sesuai pada progresi musik Sajama Cut pada waktu itu. Yakni delapan lagu yang mencampurkan kecintaan pada synth-pop ’80-an yang cheesy melankolis dengan baroque pop yang jarang disentuh pada saat itu.

“Folk adalah kebohongan jika dimainkan oleh kaum urban terdidik,” sebut Marcel pada saat itu, “Biarkan satu dekade lagi, akan ada anak-anak orkay yang meneruskan ilusi merakyat dengan gitar akustik ‘intim’ tanpa kedalaman,” sambungnya dengan tawa.

Formasi Sajama Cut era Manimal (2010) – Foto dok. SC

Manimal ada ekstensi nyata dari sound Osaka Journal, kejujuran tentang identitas yang dimiliki, dan bukan diaspirasikan. “Kita bukan koboi Americana putra Hank Williams, ataupun hippies demonstran,” jelas Marcel.

Kedelapan lagu Manimal direkam dengan detil yang bukan main, dengan kendali mendalam dari Yosi, yang turut menulis dan memainkan banyak instrumen, serta mengaransemen strings section. Di sela-sela proses tersebut, Randy Apriza Akbar dan Andre Humala Simanjuntak mulai ikut terlibat dan memberikan warna mereka. 

“Paintings/Pantings” adalah pernyataan perang antara jiwa seni dan kelelahan (“panting” alias ngos-ngosan) akan konservatisme bertahan hidup, “Twice” adalah perayaan perubahan hidup yang ekstrim dari Marcel yang mulai berkeluarga, “Hong Kong Cinema” adalah lagu cinta untuk anak-anak yang belum mereka miliki pada saat itu.

Merekam Manimal tidak gampang. Pada saat itu, seperti sekarang, kita semua tinggal berjauhan. Selain Marcel dan Yosi, yang sering hadir adalah Dion (dari Cinere), dan Randy (dari Sudirman). Marcel selalu sedih karena setiap malam ia harus mengantar Dion kembali ke Cinere, meskipun rumahnya sebenarnya di Cempaka Putih – sungguh dekat dengan studio. Namun apa daya yang dinamakan persahabatan dan hati yang suci.

Di studio sederhana di rumah Yosi di Kelapa Gading (yang kita namakan Elderly, karena Yosi “Opa” memiliki tendensi renta), kita bertemu. Proses rekaman kebanyakan dimulai dengan draft lagu kasar dari Marcel yang dibawakan ke Yosi untuk dikulik bersama di gitar dan kibod. Keduanya lalu akan merekam fondasi dasar lagu, draft kasar vokal dengan gitar ataupun kibod. Keduanya, dan kadang Yosi sendiri, kemudian mengaransemen drum dalam komputer. Kemudian Dion dan Randy akan datang dan mengisi parts mereka.

Yosi yang cukup bertangan besi (karena sering push-up dan bertato Joker) kadang turut serta alih beberapa permainan bass dan keyboard. Semua vokal dinyanyikan dari belakang lemari baju Yosi, tepat di depan kasur tidur yang tentu menjadi godaan untuk bobo siang meskipun hari sudah sore. Kadang kita membawa hiburan seperti game retro Streets of Rage dan download torrent JAV terbaru. Dari kesederhanaan ini, kita berdeterminasi untuk membuat sesuatu yang megah dengan sentuhan strings yang tidak keju.

Dengan segala kompleksitas aransemennya, Manimal adalah sebuah album yang tidak gampang untuk dibawakan di panggung. Oleh dari itu, untuk pertama kalinya Sajama Cut membawa masuk anggota keenam. Masuklah HJ Anes, yang memiliki background sebagai drummer dan rapper ibukota, pun mulai mempelajari keyboard dan synthesizer bak seorang David Foster Banten. Bersama dengan Andre, keduanya berusaha untuk meng-cover begitu banyak parts string, brass, xylophones, whistles, flute, dan lainnya yang ada di album.

Kita tidak ingin menggunakan sequencing karena 10 tahun lalu pun kita sudah merasa terlalu cool untuk itu. Dengan keputusan merepotkan diri sendiri, Manimal pun menghasilkan banyak panggung yang seru. Semua anggota juga mengkontribusikan vokalnya; dan untungnya semua suara kita cukup cocok satu sama lain. Dion dan Randy pun akhirnya menjadi jauh lebih nyaman menyanyikan harmonisasi, bahkan di lagu-lagu sebelum era Manimal. Randy yang macho ternyata memilik falsetto yang sungguh indah.

Meskipun begitu, masih ada beberapa lagu Manimal yang belum pernah kita bawakan, dan pastinya dengan formasi terbaru Sajama Cut, kita bisa melakukannya dengan bagus.

Kira-kira, lagu Manimal apa saja yang kalian mau dengar kalau kita mulai manggung lagi?

Album Manimal bisa didapatkan melalui situs demajors.com, demajors App, maupun di seluruh jaringan (at)demajors.

*Seluruh teks dan cerita di atas bersumber dari akun Instagram @sajama_cut. Foto dan imej adalah dok. SC.

About Demajors News

Editorial Board at Demajors News Room.

View all posts by Demajors News →