Meresapi Kembali Indahnya Sepi

Indahnya Sepi memang album yang indah,” tulis Harlan Boer dalam resensinya untuk situs Pop Hari Ini. “Ada yang baru pada sebuah arus musik pop Indonesia pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Di tangan musisi-musisi muda itu, musik pop ditampilkan dengan pendekatan referensi musik-musik mulai dari soft rock hingga fusion, dan banyak lagi, dengan lirik Indonesia yang berkehendak terbaca berbeda dari pendekatan yang umum pada saat itu, walaupun bila temanya serupa.”

“Chandra Darusman [adalah] salah satu eksponen itu,” lanjut Harlan Boer. “Debut albumnya, salah satu yang diminati sepanjang masa.”

Indahnya Sepi merupakan album solo pertama dari musisi pop/jazz Candra Darusman, yang sebelumnya pernah membentuk grup band Chaseiro. Album ini diproduksi oleh PT Irama Tara/Opus IX yang diedarkan pada tahun 1981 dalam format kaset. Beberapa lagunya juga pernah dikemas dalam format piringan hitam versi promo.

Photo doc. Tokopedia

Indahnya Sepi memuat dua belas lagu, dua di antaranya adalah nomor instrumental. Album tersebut sebagian besar diproduseri oleh Candra Darusman dengan kolaborasi sesama musisi dan penyanyi. Seperti misalnya Addie MS (arrager di lagu “Galau” ciptaan Pancasilawan), Ikang Fawzi (pencipta lagu “Panggilan Jiwa” sekaligus berduet dengan Candra), dan Tito Soemarsono (pemain bas dan pencipta lagu). Di album ini, Candra Darusman juga dibantu oleh beberapa musisi kenamaan, seperti Luluk Purwanto, Mates, Tito Sumarsono, Embong Rahardjo, Ikang Fawzi, dan Uce Hariono.

“Album ini melibatkan cukup banyak player yang turut memberi warna, sehingga begitu sempurna kita mendengarnya. Uce Hariono bermain drum, conga, dan sejumlah perkusi. Embong bermain flute, tenor sax, soprano sax. Rezki Ichwan bermain clarinet dan akordion. Sejumlah pemain brass dan string pun hadir. Candra sendiri bermain piano, keyboard, segala alat-alat musik pencet, dengan begitu memesona,” papar Harlan Boer.

Photo doc. Discogs

Setelah beberapa lama, Indahnya Sepi lantas disebut-sebut sebagai salah satu karya rekaman paling penting dan berpengaruh bagi perkembangan musik di Indonesia. Rolling Stone Indonesia bahkan menempatkan album itu pada nomor 49 dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa.

“Album Indahnya Sepi ini memang banyak menginspirasi generasi musik setelahnya…”Denny Sakrie.

“Album solonya tetap berada di zona pop dengan sedikit imbuhan atmosfer jazz,” ulas Denny Sakrie di majalah Rolling Stone Indonesia. “Album Indahnya Sepi ini memang banyak menginspirasi generasi musik setelahnya…”

Asumsi Denny Sakrie itu memang ada benarnya. Album itu, khususnya lagu “Balada Seorang Dara”, disebut-sebut banyak mempengaruhi gaya bermusik WSATCC. Lagu “Indahnya Sepi” pernah dibawakan kembali oleh Ren Tobing dan Shelomita. Sedangkan tembang “Kau” sempat di-remake oleh Bunglon. Pengaruh musikalnya yang abadi bisa dirunut pada karya Krakatau, Kahitna, Mondo Gascaro, HIVI!, hingga semua nama yang terdapat dalam album kompilasi Detik Waktu.

Beberapa tahun ke belakang, Indahnya Sepi jadi semacam collector’s item yang wajib dimiliki oleh para penikmat musik yang serius. Kasetnya saja sudah langka dan agak sulit didapatkan di pasaran. Kalau pun ada, sudah pasti dalam kondisi bekas dan dipatok dengan harga yang agak tinggi. Alhasil, tidak semua orang bisa beruntung menikmati pesona Indahnya Sepi yang katanya menawan itu.

Sayang sekali kalau generasi hari ini tidak sempat menikmati keindahan album tersebut.

Pada tahun 2018, album Indahnya Sepi berhasil dirilis ulang oleh demajors dalam bentuk cakram padat. Proyek ini merupakan salah satu realisasi dari misi demajors untuk melanggengkan karya rekaman musik Indonesia yang penting. Sekaligus memantik budaya pengarsipan serta dokumentasi kekayaan khazanah musik tanah air.

Indahnya Sepi CD (DIMI-647) – Release Date: July 17, 2018
Photo by Hellowind

Perilisan kembali album Indahnya Sepi itu terbilang cukup dalam dan personal bagi Candra Darusman. Sebab, proyek itu juga jadi bentuk penghormatan dan memorabilia bagi para musisi yang pernah terlibat dalam penggarapan album tersebut. Di antaranya adalah almarhum Embong Rahardjo, Pancasilawan, Uce Hariono Indra, dan almarhumah Ros Hasan.

Bagi para pencinta musik pop/jazz lawas atau generasi muda yang penasaran seperti apa tren musik era 80-an, album Indahnya Sepi adalah salah satu opsi terbaik yang bisa menjawab dahaga tersebut.

“Tiga puluh tujuh tahun berlalu semenjak album ini muncul. Nama Candra Darusman masih menjadi jaminan lagu-lagu yang berkelas, setidaknya bagi referensi saya pribadi,” kata blogger muda, Winda Carmelita, dalam tulisannya. “Angkat topi untuk demajors yang mereproduksi karya emas ini. Sudah seharusnya musik-musik bagus seperti ini dipertahankan keberadaannya dan diperdengarkan dari generasi ke generasi.”

Photo doc. demajors

“Dengarkan album ini, dan temukan sensasinya…” pesan Harlan Boer yang tak henti-hentinya menabur banyak kekaguman terhadap Indahnya Sepi. “Terlalu banyak bunga-bunga cantik jatuh ke telinga.”

Indahnya Sepi memang layak mendapatkan kuping-kuping baru dari generasi masa kini yang mungkin belum lahir ketika album ini pertama kali dirilis pada tahun 1981.

Saya tidak ingin mengaku apapun hanya bahwa ini adalah musik yang saya senangi. Semoga anda menyenanginya…” – Candra Darusman.

Pada CD Indahnya Sepi, termuat sepotong liner notes pendek yang ditulis oleh Candra Darusman dengan penuh sahaja: “Memang sukar untuk mengatakan apa yang dimaksud dengan suatu musik yang orisinal sebab berada dalam batasan-batasan antara yang sudah ada dan yang belum ada. Saya tidak ingin mengaku apapun hanya bahwa ini adalah musik yang saya senangi. Semoga anda menyenanginya…”

Album Indahnya Sepi bisa didapatkan melalui situs demajors.com, demajors App, maupun di seluruh jaringan (at)demajors.

About Demajors News

Editorial Board at Demajors News Room.

View all posts by Demajors News →